"Tentang Diri" - Aku adalah pelangi yang harus melalui hujan terlebih dahulu. . .

Aku ga mau jadi ekonom..



Telepon dari teman SMAku menyisakan tawa, aku tak tahu tawa jenis apa kali ini, tawa bahagia, tawa sesal, tawa geli atau apalah. Sebelum engkau membantuku menjawabnya bacalah tulisanku ini kawan.
Suatu hari, di sela istirahat menyiapkan setoran Al-Qur’an yang memang diwajibkan sebagai syarat kelulusan kami, sahabat dekatku, membuka perbincangan tentang cita-cita, saat dia menyatakan bahwa dia ingin sekali menjadi akuntan, dan kali ini giliranku,
“kalau cita-cita kamu apa toh?” dengan logat Jawanya yang lekat.
Ringan aku menjawab “Apapun yang penting bermanfaat, asal satu, bukan aku engga mau jadi ekonom”.
Ia mengerutkan dahi “Emang kenapa?ati-ati loh sama kata-kata sendiri”
Aku yang saat itu tak tahu apa yang menjadi alasan mendasarku tak ingin menjadi ekonom bingung sendiri, hanya menggeleng, sekali lagi begitu ringan.
“Kita lihat yah berapa tahun lagi kita jadi apa, aku bakal inget banget nih sama hari ini,”ujarnya menutup pembicaraan kami, memulai lagi mengulang hafalan.
Saat itu aku sepakat dalam diam, memulai kembali hafalan juz satuku, meski sedikit memikirkan alasan yang belum juga aku temukan, ah, aku berusaha melupakannya.

Aku tertawa mengingat kejadian itu, kejadian itu pula yang menjadikan sahabat dekatku terbahak meledekku. Kau tahu, telpon singkat itu di awalinya dengan ucapan selamat saat aku berhasil menjadi mahasiswa teladan akhwat tingkat angkatan, kemudian ia mengatakan “Apapun yang penting bermanfaat, asal satu, aku engga mau jadi ekonom” ia mengulangi kata-kataku kala itu, “aku ngakak sendiri dek dengernya,”. Kata-kata itu pula yang diulangnya saat aku berhasil meraih juara II di Temilnas IX. “Wah udah suka lomba yang berbau wawasan, dulu doyannya ikut yang fisik, PBB, lintas alam atau paling wajar nulis”ujarnya sambil terkekeh atau “Dek, tadi aku iseng liat blog, eh nemu nama kamu, ehm, sekarang udah jadi orang terdepan di ekonomi yah, engga nyangka, engga berenti ngakak dek inget hari itu”.
Masih malu mengingat hari itu, aku memang tak pernah bermimpi, malah tak pernah menginginkannya, tapi saya teringat kata-kata guru ngajiku ”Ketika kehidupanmu memberi seribu alasan untuk menginginkan sesuatu, ingatlah Allah punya sejuta tahu akan kebutuhanmu”
Terima kasih untuk My Hero; My beloved dad; lelaki yang selalu menempati nomor satu di hidupku, atas paksaannya untuk menolak beberapa tawaran kuliah di PTN maupun PTS dan memilih perguruan tinggi yang dulu aku tak mengenalnya sama sekali ini; terima kasih buat seseorang yang selalu merindukan aku dan selalu menginginkan aku di sampingnya, yang karena tangisnya aku menggagalkan keinginanku untuk kuliah di luar negri, dan karenanya aku berusaha melapangkan hati untuk belajar ekonomi, ummi sayang; terima kasih untuk kakak-kakak angkatan yang telah mendorong aku untuk mengikuti jejaknya di KSEI Progres, rumah kecil yang memberi inspirasi besar, tentang kebersamaan, tentang indahnya membangun ekonomi yang menentramkan; terima kasih untuk saudara/i keluarga kecilku--FoSSEI Jabodetabek--yang membuat aku terkagum menemukan jalan ini, yang telah mengokohkan kakiku untuk terus melangkah, yang telah mengenggam tanganku dan tak melepasnya, terima kasih.
Dunia saksikanlah, aku ingin menjadi ekonom. 

0 komentar:



Posting Komentar


Dapatkan kiriman artikel terbaru
dari blog Tiffany langsung ke email Kamu.!!!

[tutup]